Memahami Teaching at the Right Level (TaRL) dan Culturally Responsive Teaching (CRT) sebagai Pendekatan Pembelajaran pada Kurikulum Merdeka

Lulusan Guru - Pendidikan yang merata dan inklusif adalah kunci utama dalam membangun masyarakat yang cerdas dan berdaya saing. Dalam konteks Kurikulum Merdeka, dua pendekatan pembelajaran yang semakin menonjol adalah Teaching at the Right Level (TaRL) dan Culturally Responsive Teaching. Keduanya memiliki peran penting dalam mengembangkan potensi siswa dan menciptakan ruang kelas yang beragam.

{getToc} $title={Table of Contents} $count={True}

LulusanGuru - Memahami Teaching at the Right Level (TaRL) dan Culturally Responsive Teaching (CRT)

Teaching at the Right Level (TaRL)

TaRL muncul sebagai jawaban atas ketidaksetaraan pembelajaran yang sering terjadi. Pendekatan ini, yang berasal dari Pratham Education Foundation di India, menekankan perlunya menyesuaikan pembelajaran dengan tingkat pemahaman siswa. Dalam kelas TaRL, siswa tidak hanya dikelompokkan berdasarkan kelas atau usia, tetapi berdasarkan kemampuan belajar mereka.

Setiap kelompok kemudian diberikan rencana pembelajaran yang disesuaikan, memungkinkan siswa untuk berkembang sesuai dengan kecepatan masing-masing. Dengan fokus pada keterampilan dasar, TaRL membantu siswa membangun landasan yang kuat sebelum melangkah ke konsep yang lebih kompleks. Dengan demikian, pendekatan ini tidak hanya meningkatkan prestasi akademis tetapi juga memupuk kepercayaan diri dan motivasi belajar.

Culturally Responsive Teaching

Culturally Responsive Teaching menyoroti pentingnya mengakui dan menghargai keberagaman budaya siswa dalam pembelajaran. Dengan mengintegrasikan perspektif dan referensi budaya ke dalam kurikulum, guru menciptakan lingkungan yang inklusif dan mendukung. Culturally Responsive Teaching menekankan bahwa siswa harus merasa terwakili dan dihormati dalam materi pembelajaran.

Pendekatan ini tidak hanya menghapuskan bias budaya dalam pembelajaran tetapi juga memberikan dampak positif pada motivasi siswa. Saat siswa melihat keberagaman budaya mereka diakui, mereka lebih cenderung terlibat dalam pembelajaran dan merasa terhubung dengan materi pelajaran. Dengan menciptakan ruang kelas yang menghargai keunikan setiap siswa, Culturally Responsive Teaching membantu membentuk warga negara yang penuh toleransi dan pengertian.

Penerapan pada Kurikulum Merdeka

Kurikulum Merdeka mengusung konsep pembelajaran yang berfokus pada potensi dan kebutuhan individual siswa. Dalam konteks ini, TaRL dan Culturally Responsive Teaching dapat menjadi pilar utama. Dengan menyelaraskan TaRL, guru dapat mengidentifikasi tingkat pemahaman siswa dan menyusun strategi pembelajaran yang sesuai.

Culturally Responsive Teaching juga memiliki peran penting dalam Kurikulum Merdeka. Dengan memasukkan aspek budaya dalam pembelajaran, guru dapat menciptakan pengalaman belajar yang lebih bermakna dan relevan bagi siswa. Ini tidak hanya meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran tetapi juga membentuk sikap apresiatif terhadap keberagaman budaya.

Sinergi Kedua Pendekatan

Penting untuk diakui bahwa kedua pendekatan ini dapat saling melengkapi dalam merancang pembelajaran yang efektif. Melibatkan siswa dalam pembelajaran yang disesuaikan dengan kemampuan dan latar belakang budaya mereka menciptakan ikatan yang lebih kuat dengan proses pembelajaran.

Dengan memahami tingkat pemahaman dan merespons keberagaman budaya siswa, pendidikan dalam Kurikulum Merdeka dapat menjadi lebih inklusif. Guru memiliki peran kunci dalam membimbing siswa untuk mencapai potensi maksimal mereka, sambil tetap menghargai dan merayakan keberagaman yang ada dalam ruang kelas.

Sebagai penutup, Teaching at the Right Level dan Culturally Responsive Teaching dapat menjadi fondasi kuat dalam menjalankan Kurikulum Merdeka. Dengan menggabungkan kedua pendekatan ini, pendidikan Indonesia dapat melahirkan generasi yang tidak hanya cerdas secara akademis tetapi juga berakhlak dan menghargai keberagaman.


Posting Komentar

Post a Comment (0)

Lebih baru Lebih lama